~SARANGHAEYO~
Annyeong ini ff biasa, cerita cinta remaja biasa yang bemula dari persahabatan ONE SHOT.
Happy Reading**
.
.
.
.
Aku pengecut! Heiii aku hanya berani memandangnya dari sini. Aku berbicara sendiri dengan bayanganku. sepertinya aku sudah gilla memang.
Terus saja aku pandangi objek yang sedari dulu mebuat hatiku berdesir. Aku tak tahu pasti kapan perasaan ini muncul. Tapi perasaan ini hanya mampu aku simpan dari dalam hati. Aku tak berani mengungkapkannya.
Heii, aku sudah bersahabat dengannya sejak kecil. Aku tak ingin cinta sepihakku ini menghancurkan semuanya dan dia akan berubah. Pabboya kau Hyo Rin. Lagi-lagi aku hanya menggerutuki nasib dalam hati.
Di tempat inilah diam-diam aku memandangnya. Dia tak pernah tau memang...
"Heii, anak kecil. Kajja kita berangkat". Teriak seseorang yang membuyarkan lamunanku. Aku tak sadar jika sedari tadi aku melamun di bangku depan rumahku ini. Aku dan dia setiap hari memang berangkat sekolah bersama karena rumah kami yang bersebelahan. Tapi entah akhir-akhir ini jantungku sering tak normal jika berada didekatnya seperti ini.
"Oppa! Siapa yang anak kecil? aku sudah besar tau! Oppa tuh yang kecil sedari dulu tidak tumbuh tinggi". Aku terkikik geli dengan kata-kataku sendiri. Haha dia dari dulu memang tak pernah tumbuh tinggi. Liat saja tinggi badannya yang nyaris sama denganku.
"Ahh sudahlah, Kau ini cerewet sekalai, kajja cepat naik". Dia menepuk-nepuk bangku sepeda kosong dibelakangnya.
"Pegangan yang erat gadis cerewet, aku akan ngebut" .
"Mwo? ngebut?" Aku membelalakan mataku.
"Heii kau ini kanapa? bukankah biasanya seperti itu? Kau tak ingin terlambatkan?" Entah apa yang ada di pikiranku tadi. Aku merasakan jantungku bekerja tak normal lagi.
"Cabutt!" Dia mulai mengayuhkan sepedanya dengan cepat. Sontak aku memegang erat pinggang si penggendara yang bisa aku bilang gila ini.
"Hangat". Tiba-tiba satu kata itu keluar dari mulutku. Aku merutuki diri sendiri Pabboya kau Hyo Rin. Kalu tadi dia mendengar bagaimana? dasar bodoh. Tapi Itulah perasaan yang aku rasakan saat ini. Entahlah dia mendengarnya atau tidak, sepertinya dia tak mendengar syukurlah.
.
"Sampai! Heii gadis kecil, turun sudah sampai, sampai kapan kau akan memelukku terus seperti in?i"
Sontak aku melepaskannya.
"Dasar pabboya kau Hyo Rin" Lagi-lagi aku mengumpat diriku sendiri, tapi kali ini sepelan mungin agar tak terdengar olehnya.
"Siapa yang pabbo? aku? heii aku tak bodoh". Entah telinganya terlampau tajam atau apalah, sepertinya dia mendengar.
"Aishhh oppa ini sok tau" sergahku cepat.
"Aku tak salah dengar, aku mendengar kata pabbo, siapa yag pabbo?".
"Sudahlah oppa, tak ada yang pabbo, kajja masuk keburu telat".
"Dasar gadis aneh". dia terkikik geli sambil mengacak-acak rambutku.
"Hehehe" hanya ku balas senyum kikuk. Dia sering melakukan hal itu, bahkan sejak kami masih duduk di bangku SD, tapi entah mengapa kali ini beda. Aku merasa wajahku memanas, mungkin aku sudah seperti kepiting rebus.
.
SKIP TIME
.
Di kamar, aku hanya mengutak-atik bolpen tak jelas, berniat mau belajar tapi aku malah memikirkan perasaanku terus kepada Ryeowook oppa. Terbesit dibenakku untuk mengatakan kepadanya. Tapi aku tak ingin merusak persahabatan ini. Aku tak ingin nantinya dia akan menjahuiku.
Sahabat akan selamanya sahabat bukan? Bahkan sampai kita memiliki pasangan masing-masing kita masih seperti ini kan?
"Chagiya kau didalam?" suara dari luar pintu itu membuyarkan lamunanku. Itu pasti eommaku.
"Masuk eomma, tidak dikunci" sahutku dari dalam.
"Wae chagiya? apa ada sesuatu? Mau bebagi dengan eomma?".
Aku bingung. Apakah aku benar-benar bercerita ke eomma tentang perasaanku ke Ryeowook oppa. Memalukan sekali rasanya. Eomma tau kami dekat sejak kecil. Tapi eomma tidak tau akan perasaanku saat ini. Eomma juga bersahabat baik dengan eomma Ryeowook oppa.
"Chagiya, kenapa diam? Apa yang sedang membuat aegya eomma ini merasa resah dan gelisah? Apakah ini menyangkut Ryeowook oppa?"
"Mwo? Bagaimana eomma tau?" Aku menundukkan wajahku. Aku malu. Aku rasa pipiku memanas ketika namanya disebut.
"Jelas eomma tau, Kau aegya eomma. Eomma tau kalu akhir-akhir ini kau sering mengamatinya dari kejauhan".
"Kenapa malah eomma bisa tau. Tapi kenapa Ryeowook oppa tak pernah tau" Aku menundukkan kepalaku lagi.
"Chagiya dengarkan eomma, dia tidak akan pernah tau kalau kamu hanya diam seprti ini. Kasih tau kepadanya tentang perasaanmu".
"Eomma tapi Hyo Rin takut Ryeowook oppa akan menjahui Hyo Rin setelah dia tau".
"Tak akan, karena yang eomma lihat sepertinya dia juga memiliki rasa yang sama terhadapmu."
"Mwo? Eomma ini sok tau, sudah seperti paranormal saja". Aku terkikik geli melihat eomma ku yang sok kayak jadi paranormal ini.
"Heii, itu benar chagiya, Ingat waktu kau pingsan selama seharian karena kelelahan ?"
"Ingat eomma Waeyo?"
"Ryeowook oppa yang menjagamu seharian."
"Jinjja? Eomma pasti bohong, waktu itu memang oppa ada disampingku, tapi dia bilang kalau dia barusan datang".
"Waktu itu tak sengaja ketika eomma dan appa akan masuk kamarmu, Eomma melihat Ryeowook oppa menggenggam tanganmu. Dia tampak khawatir dengan keadaanmu. Akhirnya eomma dan appamu mengurungkan niat untuk masuk. Kami berdua pecaya kalau Ryeowook oppa bisa menjagamu, dan ketika kami akan melangkah untuk meninggalkan pintu kamarmu, eomma melihat dia mengecup bibirmu itu sekilas".
"Mwo? Oppa menciumku, First kissku Ryeowook oppa?" Eomma hanya menganggukan kepala, pertanda semua benar. Dan eomma masih terkikik geli melihat ekspresi wajahku yang sudah seperi kepiting rebus.
"Aegya eooma sudah besar, bisa mersakan jatuh cinta, dan sudah First kiss pula".
"Eomma jangan menggodaku terus, aku malu"
"Kenapa harus malu? Bukaknkah kau pada akhirnya juga menegetahui persaannya juga, tapi belum ada yang memulai untuk mengatakan perasaan duluan. Aku lihat eomma masih terkikik geli.
"Ingat first kissmu itu Ryeowook oppa lho".
"Eomma!!! kenapa eomma jadi pevert gini sich kayak yesung oppa saja". Tiba-tiba saja aku teringat yesung oppa.
"Eomma kapan yesung oppa pulang dari Kanada?" pertanyaanku seketika menghentikan aksi tertawa eomma.
"Bulan ini oppamu akan pulang. tadi malam dia sudah menelefon".
"Jinjja? eomma aku sangat rindu sama oppa".
Aku merindukan oppaku berkepala besar itu. Sudah lama dia tidak pulang, dia Kuliah di Kanada. Oppaku itu memang pintar dia selalu menjadi juara kelasnya sejak SD, tak khayal jika dia bisa mendapat beasiswa untuk meneruskan kuliah disana. Dan satu lagi. Oppa ku itu cakepnya bukan main. Banyak yeoja yang kepincut ketampanannya. Tapi 1 yang aku tidak suka dari oppaku itu. kadang-kadang pikiran dia yadong *ingat eunhyuk Super Junior.
"Sudah cepat kau tidur besok kau harus sekolah".
"Ne eomma, gomawo ".
"Cheonmaneyo chagiya".
"Eomma!" Panggilku sebelum eomma menutup pintu kamarku, sontak eomma membalikkan badan.
"Waeyo chagi?"
"Emm apakah appa adalah first kiss eomma?" sedetik kemudian eomma tertawa lagi, entah karena menyadari pertanyaanku yang beitu polos terlontar begitu saja, atau karena hal lain.
"Sudahlahlah, eomma berhenti tertawa!! suadah sana temani appa yang hobbi maen game. #manyun sambil menutupi seluruh tubuhku dengan selimut. Ku dengar eomma masih tertawa geli.
"Ne Chagi, good nite ^^, kamu tau appa kamu cinta pertama eomma dan dia juga First kiss eomma". Ku dengar jawaban eomma dan beberapa detik kemudian ku dengar pintu kamarku tertutup. Untuk beberapa saat aku masih tidak menyangka ternyata First kissku Ryeowook oppa. Aku masih senyum-senyum sendiri, lalu beberapa saat kemudian mataku mulai terpejam.
>>Next Day>>
Hari ini seperti biasa aku pulang sekolah dengan Ryeowook oppa. Tapi entah mengapa aku rasakan suasana kali ini begitu canggung.
Hening. Tak ada yang membuka suara. Aku paling tidak suka untuk suasana seperti ini. Takut jika dia mendengar detak jantungku yang sering bekerja tak normal jika sedang bersamanya.
"Oppa?" Aku berusaha memulai duluan, dengan menutupi rasa kegugupanku, dan jangan lupkan jantungku yang mulai berdetak tak normal lagi.
"Hyo Rin-a?"
"Ne oppa, waeyo?" Tiba-tiba dia memberhentikan sepedanya di pinngir taman. Posisi kami masih berboncengan.
"Kenapa berhenti oppa?"
"Hyo Rin-a, aku ingin mengatakan sesuatu padamu".
Ku lihat dia menghela nafas.
"Perihal apa oppa?" Entah mengapa hatiku mulai berdesir, perasaanku mulai tidak enak. Ku liahat dia masih menatap lurus kedepan, sedangkankan aku masih duduk dibelakang boncengan sepeda miliknya.
"Hyo Rin-a, besok oppa akan ke New York".
"Mwo? oppa kau jangan bercanda, itu sama sekali tak lucu tau".
"Oppa sedang tak becanda, oppa serius". Tanpa aku sadari kini tanganku semakin erat melingkar di pinggangnya, aku sandarkan kepalaku di punggungnya, aku mulai terisak, semakin aku larut isakanku semakin keras.
Tiba-tiba saja dia mulai melajukan sepedanya dengan kencang, aku semakin mendekap dan menagis di balik punggungnya.
"Oppa kita mau kemana?" Aku menyadari kalau ini bukan menuju arah kompleks rumah kami.
"Ke suatu tempat, kau akan tau nanti".
"Oppa apakah oppa tidak bisa menunda kepergian oppa ke New York?" tubuhku bergetar lagi.
HENING...
Tak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya. Aku semakin terisak dibalik punggungnya.
"Kita sudah samapai". Dia memarkirkan sepedanya lalu dia menggenggam tanganku. Sontak aku kaget.
"Oppa ini bagus sekali, aku tak pernah tau ada tempat seindah ini di Incheon".
Kami berdua berada di suatu pantai yang indah, angin yang begitu sepoi-sepoi, desiran ombak yang menerpa bibir pantai, suasana sore hari yang amat sangat meneduhkan jiwa. Untuk sesaat aku melupakan perihal kepindahan Ryeowook oppa, aku masih menikmati suasana seteduh ini.
Kami berdua duduk di bibir pantai menikmati angin yang berhembus ke arah kami. Suasana Hening kembali. Tak ada satupun yang memulai mencairkan suasana yang tidak aku sukai seperti ini.
"Indah! amat sangat indah" aku untuk sesaat berdecak kagum melihat ciptaan Tuhan yang amat sangat menawan ini.
"Hyo Rin-a apa kau senang?"
"Sangat oppa, tapi oppa aku lebih senang jika kau tetap berada disini, tetap disamping Hyo Rin, dan sering-sering mengajak Hyo Rin ke pantai ini". Aku mulai menundukkan kepalaku lagi, menyembunyikan perasaan serta isakan kecilku yang entah sejak kapan, air mata ini turun lagi membasahi pipiku.
"Heii gadis kecil, uljima". Dia mendongakkan wajahku, lalu menghapus jejak air mataku. Tiba-tiba dia memelukku. Kurasakan hangat dalam diriku. Semakin lama semakin erat dia memelukkku, lidahku tersa kelu, aku tak mampu untuk berkata apapun, dia telah menguasai semua hatiku saat ini.
Biarkan seperti ini, tetaplah seperti ini, dan aku nyaman berada dalam dekapannya seperti ini *gumamku dalam hati. Aku rasakan tubuhku bergetar lagi, aku terisak di dalam dekapannya.
"Oppa bisakkah kau tetap disini? Jangan pergi oppa" dengan susah payah aku mencoba berbicara masih dengan bulir-bulir air mata yang membasahi pipiku.
"Tidak bisa, oppa tetap akan pergi" dia melepaskan pelukannya, aku menunduk, dia mendongakkan kepalaku.
"Uljima Hyo Rin-a" dia menyeka air mataku lagi.
"Oppa pergi bukan untuk selamanya, oppa akan kembali, appa dipindah tugaskan ke New York untuk 4tahun, dan kami sekeluarga akan tinggal empat tahun disana".
"Empat tahun oppa? mengapa begitu lama?" aku masih terisak.
"Heii, gadis kecil yang oppa kenal ini setahuku bukan orang yang cengeng" dia terkikik geli.
"Kenapa oppa malah tertawa? oppa tidak akan merasakan kehilanganku eoh?"
"Oppa akan sangat merindukanmu nantinya" dia tersenyum kepadaku sambil mengacak-acak rambutku. Rasanya jantungku semakin bekerja tak normal, aku yakin sekarang aku sudah seprti kepiting rebus. Tiba-tiba dia menghadapkan wajahku untuk menatapnya seolah dia ingin menyampaikan sesuatu.
"Sudah lama aku pendam perasaan ini, Hyo Rin-a saranghaeyo". Aku sontak menatapnya, seolah tak percaya. Aku mencari sebuah kebohongan dari sorot matanya, namun nihil.
Aku terdiam. Hening untuk kesekian kalinya, entah ini yang keberapa, air mataku jatuh begitu saja, aku terisak. Aku tak tau ini perasaan senang karena Ryeowook oppa mempunyai perasaan yang sama denganku, ataukah aku akan sedih karena hari ini hari terakhirku bersamanya, karena lusa dia akan Ke New York. Entahlah aku tak tau, begitu banyak perasaan beradu didalam hatiku. Semua perasaan jadi satu, senang, sedih, bahagia, shock, semuanya tak bisa ku mengerti.
"Kenapa kau malah menagis?, apa kau tidak mencintai oppa?" Ucapnya memecah keheningan.
Aku menatapnya, dengan sekuat tenaga aku mengumpulkan keberanianku. Aku bertekat ini adalah waktu yang tepat juga untuk mengatakannya.
" Oppa nado saranghaeyo". Sambil terisak aku sekuat tenaga mengucapkannya.
"Oppa aku juga sudah lama memendam perasaan yang sama seperti oppa, aku terlau pengecut untuk mengakuinya, aku takut oppa kelak akan menjahuiku jika aku mengatakan sejujurnya, aku selalu menutupinya dengan kedok tak mau merusak persahabatan kita".
Aku semakin terisak setelah apa yang selama ini aku pendam ternyata hari ini, jam ini, menit ini, detik ini, aku ungkapkan semuanya. Namun terbesit lega di hatiku karena dia memiliki perasan yang sama.
Aku berdiri menatap suasana sore di pantai ini.
Sekarang semua jelas sudah. Tiba-tiba ia mengeluarkan suatu benda kotak kecil dalam sakunya, lalu dia membukanya, aku terlonjak kaget karena dengan tiba-tiba dia bejongkok di hadapanku dan membuka kotak kecil yang tadi diambilnya dari dalam sakunya, untuk sesaat kemudian, dia menyodorkan kotak kecil itu di hadapanku.
"Would you marry me?".
omonnnaaa!!! Rasanya detik ini jatungku berhenti berdetak. Dia melamarku? apakah aku mimpi? aku mencubit pipiku "aww" ku rsakan sakit, pertanda ini bukan mimpi, bulir-bulir air mata untuk kesekian kali jatuh lagi.
"I do oppa." Dengan terisak aku berusaha menjawabnya.
Dia berdiri, lalu mulai memasangkan benda yang sangat indah itu di jemariku. Dia memelukku dengan erat. Entah apa yang aku rasakan saat ini, semuanya begitu susah dimengerti. Aku tenggelam dalam dekapannya.
"kita akan melangsungkan pernikahan setelah aku kembali dari New York, dan ingat jangan mencoba melirik namja lain selama aku tak disini, tapi yakinlah aku akan selau disampingmu". Ucapnya menegaskan hubungan kami.
Aku terkikik geli melihat sebegitu possesifnya dia terhadapku.
Dia mendongakkan kepalaku, lalu dia mulai mendekatkan wajahnya dengan wajahku, aku merasakan wajahnya semakin mendekat, mungkin hanya berjarak centimeter saja, aku merasakan deru nafasnnya, tangan kami saling terpaut, aku memejamkan mataku.
~CHUUU~
Aku merasakan sekarang dia menciumku tepat ketika saat sunset.
Tidak ada nafsu apapun hanya ciuman hangat dan mencurahkan segala perasaan yang sekian lama terpendam.
~~ FIN ~~
Huaaaaaaa.
Akhirnya aku mampu menyelesaikan FF gaje & abal-abal ini.
#ditabokin Ryeosomnia
Mianhae kalu pendek, gg menarik, bahasanya standart banget, gg dapet feelnya maklum ini adalah FF pertamaku yang aku share ulang.
Yang mampir ke Blog saya, mohon repiew'nya^^
~Gamsahamnida~